27 November 2013

[CATOPER] Pendakian Merapi - Juni 2012

Alhamdulillah kemarin 12-13 Juni kesampaian 'menengok' lagi Merapi (2965 mdpl) pasca erupsi terakhir tahun 2012. Nanjak bersama-sama, bermalam di bebatuan, menggigil tak beraturan, sendal jepit, dan saya amat sangat kecil
Berikut sedikit gambaran betapa luar biasa mahakarya-Nya
 
Photobucket
Kami berdelapan, berangkat dari Jogja bersepeda motor menuju basecap New Selo

Photobucket 
Alat deteksi gempa yang dipasang di bawah kubah kawah merapi (pasar bubrah) dan sekaligus pembangkit tenaga sollar cell

PhotobucketBukaan kawah yang terlihat jelas dari arah Klaten dan Jogja. Terlihat juga jalur aliran lava yang sempat meluluhlantakkan sebagian wilayah Jogja

PhotobucketMerbabu dari Pasar Bubrah, yang tak kalah gagah.

PhotobucketTebing curam dan runcing yang menjadi didnding kawah

PhotobucketKawah merapi, pintu gerbang jutaan meter kubik lahar. Yang sekarang tertutup batuan dengan asap belerang disebagiannya

Photobucket 
Inilah Puncak New Garuda yang terbentuk setelah erupsi terakhir. Bentuknya hampir mirip dengan puncak garuda sebelumnya. Namun sekarang lebih sulit untuk dijangkau

PhotobucketPuncak Sumbing, Sindoro, terlihat dari Puncak Merapi

PhotobucketPasar Bubrah (Camp kami, tendanya tak terlihat dari sini) dan wilayah Selo terlihat dari puncak Merapi

PhotobucketKawah Merapi, dengan lubang ditengahnya (yang tampak kecil dari sini)

PhotobucketDinding kawah yang runcing melingkar, nampak seperti negara api di film Avatar

PhotobucketJalur Lava / Wedhus Gembel dilihat dari puncak

PhotobucketPuncak Lereng kawah, tempat pemberhentian umumnya pendaki di puncak, tak banyak space untuk istirahat, kanan jurang kawah, kiri lereng terjal berbatu

PhotobucketMenuju puncak, mendaki pasir dan batu,

PhotobucketSunrise dari Pasar Bubrah, Subhanallah

PhotobucketMerbabu dikerumuni senja

PhotobucketSenja di Merapi,

Photobucket
Posted by Muhammad Khoirudin
on 18:57

22 November 2013

Cinta Pertama

Sunrise di Pasar Bubrah, Juni 2012
Gunung, gunung, gunung. Tak tahu mengapa saya seperti kecanduan. Awalnya kapok memang, tapi beberapa waktu berlalu kerinduan untuk kembali makin sangat, sesangat rinduku padamu #hha.

Awal saya tertarik naik gunung adalah ketika saya duduk di kelas 2 SMA (tahun 2006). Waktu itu saya walaupun bukan anak PA di ajak teman-teman Pecinta Alam untuk naik ke Merapi. Pertamanya ragu karena Bapak Ibu saat itu tidak mengizinkan. Tapi setelah saya jelaskan ini adalah tugas pendampingan saya sebagai yang ‘dituakan’ dan juga sekeluarga saat itu ada acara yang kuotanya terbatas akhirnya saya di ijinkan. Yup, dengan persiapan ala kadarnya dan sama sekali belum pengalaman akhirnya berangkat juga bersama (seingat saya) 20an teman via pos pendakian Selo yang dari SMA saya kurang lebih perjalanan 1 jam.
Jalur pendakian merapi via Selo

Tak banyak yang saya ingat saat ini selain karena sudah lama, saat itu juga nyaris tak ada dokumentasi. Kami start dari basecamp siang hari waktu dhuhur dan ketemu beberapa bule yang sudah turun di gardu pandang New Selo. Dan sampai pos pasar bubrah untuk ngeCamp kira-kira waktu isya’. Sebelum sampai pos pasar bubrah, disetelahnya Watu Gajah saat itu waktu maghrib kami diterjang badai. Angin kencang udara dingin, pandangan sudah mulai gelap, dan saat itu kami sedang menanjak di lereng yang sebelah kanan jurang curam. Seingat saya itulah pertama kalinya saya merasakan dingin yang luar biasa. Ketua rombongan saat itu langsung inisiatif menghentikan perjalanan. Peserta cewek di minta berlindung di celah kecil tebing. Sedang yang laki-laki hanya bisa berhenti menggigil berlindung dibalik tas (bukan carrier) masing-masing. Setengah jam badai berlangsung dan saat itu pertama kali saya teringat dengan kematian. Sungguh.

Badai berlalu dan kami melanjutkan sampai di pos Pasar Bubrah angin tak kalah kencang. Tapi mau tidak mau kami harus ngecamp disana. Tanpa tenda ! hanya dengan jaket seadanya. Bagi yang sudah pernah kesana pasti tahu bagaimana keadaan Pasar Bubrah saat malam. Kami tidur menyelinap di balik bebatuan untuk berlindung dari angin. Bukan tidur sebenernya, karena sampai pagi saya cuma bisa menggigil. Tapi Alhamdulillah, sampai matahari terbit saya terutama, masih sehat dan bisa melanjutkan summit pagi harinya. Track Pasar Bubrah – Puncak adalah batuan pasir dari perut gunung tanpa vegetasi dan kalau matahari sudah sedikit tinggi udara panas menyengat. Walaupun terlihat pendek tetep saja butuh waktu 2 Jam-an untuk bisa sampai puncak.

Dan itulah puncak gunung pertama saya. Puncak Garuda, Merapi.

* dan lagi begitu turun dari merapi teman-teman saya lebih gila lagi. Mereka melanjutkan perjalanan ke puncak gunung sebelah, Merbabu. Saya nyerah, berdua mengibarkan bendera putih, pulang lebih dulu :D

Posted by Muhammad Khoirudin
on 20:45