22 November 2013

Cinta Pertama

Sunrise di Pasar Bubrah, Juni 2012
Gunung, gunung, gunung. Tak tahu mengapa saya seperti kecanduan. Awalnya kapok memang, tapi beberapa waktu berlalu kerinduan untuk kembali makin sangat, sesangat rinduku padamu #hha.

Awal saya tertarik naik gunung adalah ketika saya duduk di kelas 2 SMA (tahun 2006). Waktu itu saya walaupun bukan anak PA di ajak teman-teman Pecinta Alam untuk naik ke Merapi. Pertamanya ragu karena Bapak Ibu saat itu tidak mengizinkan. Tapi setelah saya jelaskan ini adalah tugas pendampingan saya sebagai yang ‘dituakan’ dan juga sekeluarga saat itu ada acara yang kuotanya terbatas akhirnya saya di ijinkan. Yup, dengan persiapan ala kadarnya dan sama sekali belum pengalaman akhirnya berangkat juga bersama (seingat saya) 20an teman via pos pendakian Selo yang dari SMA saya kurang lebih perjalanan 1 jam.
Jalur pendakian merapi via Selo

Tak banyak yang saya ingat saat ini selain karena sudah lama, saat itu juga nyaris tak ada dokumentasi. Kami start dari basecamp siang hari waktu dhuhur dan ketemu beberapa bule yang sudah turun di gardu pandang New Selo. Dan sampai pos pasar bubrah untuk ngeCamp kira-kira waktu isya’. Sebelum sampai pos pasar bubrah, disetelahnya Watu Gajah saat itu waktu maghrib kami diterjang badai. Angin kencang udara dingin, pandangan sudah mulai gelap, dan saat itu kami sedang menanjak di lereng yang sebelah kanan jurang curam. Seingat saya itulah pertama kalinya saya merasakan dingin yang luar biasa. Ketua rombongan saat itu langsung inisiatif menghentikan perjalanan. Peserta cewek di minta berlindung di celah kecil tebing. Sedang yang laki-laki hanya bisa berhenti menggigil berlindung dibalik tas (bukan carrier) masing-masing. Setengah jam badai berlangsung dan saat itu pertama kali saya teringat dengan kematian. Sungguh.

Badai berlalu dan kami melanjutkan sampai di pos Pasar Bubrah angin tak kalah kencang. Tapi mau tidak mau kami harus ngecamp disana. Tanpa tenda ! hanya dengan jaket seadanya. Bagi yang sudah pernah kesana pasti tahu bagaimana keadaan Pasar Bubrah saat malam. Kami tidur menyelinap di balik bebatuan untuk berlindung dari angin. Bukan tidur sebenernya, karena sampai pagi saya cuma bisa menggigil. Tapi Alhamdulillah, sampai matahari terbit saya terutama, masih sehat dan bisa melanjutkan summit pagi harinya. Track Pasar Bubrah – Puncak adalah batuan pasir dari perut gunung tanpa vegetasi dan kalau matahari sudah sedikit tinggi udara panas menyengat. Walaupun terlihat pendek tetep saja butuh waktu 2 Jam-an untuk bisa sampai puncak.

Dan itulah puncak gunung pertama saya. Puncak Garuda, Merapi.

* dan lagi begitu turun dari merapi teman-teman saya lebih gila lagi. Mereka melanjutkan perjalanan ke puncak gunung sebelah, Merbabu. Saya nyerah, berdua mengibarkan bendera putih, pulang lebih dulu :D

Categories: ,

0 comments:

Post a Comment